Jumat, 02 Maret 2012

Mari Kita Mulai.. Belajar Membaca Dengan Menulis..

 Marilah  kita mulai belajar membaca dengan menulis..  bila membaca adalah kunci ilmu maka tulisan adalah gudangnya ilmu...

Membaca..

Saya rasa semua orang sepakat bahwa membaca itu sangat penting dan sarat akan manfaat, membaca adalah jendela dunia, membaca adalah gerbang kemajuan, membaca adalah kunci ilmu  dan seabreg manfaat lainnya dan ini menjadi tak terbantahkan (bi idznillah) bila keutamaan membaca dan menulis menjadi salah satu dari tiga pokok kandungan surat Al Qur’an yang pertama kali turun.

Namun alasan di atas agaknya belum cukup menggugah orang-orang di negeri ini untuk rajin membaca. Diakui atau tidak!

Memang.. bila kita lihat realita, kesadaran membaca dan menulis  di negeri ini masih sangat rendah. Jauh tertinggal dari negara-negara lain, jangankan dengan negara-negara maju bahkan untuk kawasan Asia tenggara sekalipun, tingkat kesadaran membaca di negeri ini masih paling rendah. Ironisnya menurut sensus penduduk tahun 2010 yang dirilis BPS, islam menjadi agama yang dianut oleh lebih dari 87% dari sekitar 337an juta penduduk Indonesia. Aneh.. padahal islam adalah agama yang menaruh perhatian sangat besar terhadap budaya membaca dan menulis.

Maka tidak lah mengherankan bila kemudian sering kita dengar selorokan ataupun lelucon yang membandingkan kita dengan orang luar negeri . Tentunya kita dipersonifikasikan sebagai bangsa yang malas dan enggan membaca sedang orang luar negeri diplot sebagai orang yang gila membaca. Tanpa disadari selorokan-selorokan tersebut terlanjur menjadi semacam label dan senjata pembenaran bagi segelintir banyak saudara kita untuk terus menikmati kemalasannya.
 
Salah satu selorokan yang paling berkesan adalah lelucon yang disampaikan oleh salah seorang nara sumber saat workshop di hotel merlyn beberapa waktu silam. 

Setelah menyinggung rendahnya minat baca bangsa ini, dengan agak serius beliau berkata (kurang lebih) “Mudah menemukan orang indonesia di luar negeri, yaitu bila anda menemui orang yang menanyakan tempat mengurus surat imigrasi  dibawah/didepan papan bertuliskan “Kantor Imigrasi”* maka orang tersebut adalah orang Indonesia”

Meski disampaikan dengan nada bicara dan mimik yang serius sebagai pertanda sang nara sumber tidak berniat bercanda, namun ku lihat hampir seluruh peserta workshop (termasuk saya) tertawa mendengar selorokan tadi.

Namun beberapa saat kemudian…

Kalo dipikr-pikir kok kayaknya kisah tadi gak mungkin ya?, aneh.., masak iya?, kalo selorokan-selorokan lain yang pernah ku dengar sepertinya masih masuk akal, seperti cerita apabila di halte orang jepang sibuk membaca sedang orang Indonesia sibuk ngobrol, kalo orang rusia berdiri di kereta tangan satunya megang tiang sedang tangan satunya lagi megang buku sambil membaca sedang orang Indonesia.. tahu sendirilah lah ngapain.. :D. 

Nah kalo cerita barusan..?! kok kayaknya gak masuk akal banget, masak iya orang gak lihat ada papan petunjuk??.. ahh mungkin itu hanya bercandaan.., eh tapi kok kalo cuma bercandaan penyampaiannya serius banget??.. Batinku saat itu 

“au ah gelap”

Namun setelah beberapa waktu Qadarallah cerita sang narasumber tadi terbukti. TKP bukanlah jauh di luar negeri akan tetapi dinegeri sendiri, Pelakunya pun juga bukan siapa-siapa tapi oleh saya sendiri.

Suatu maghrib di Ritz Carlton..Kebetulan saat itu saya mendapat tugas di situ, di salah satu mall yang tidak menyediakan tempat parkir sepeda motor. 

Karena stand harus tetap terjaga, maka seperti biasa kami bergantian untuk sholat maghrib. Saya mendapat giliran pertama yang berarti sekaligus bertugas mencari mushola. 

Dengan sedikit grogi saya mencoba mencari tempat sholat di Mall elit dikawasan SCBD ini. Terus terang aku udah ilfil  plus negative thinking aja saat itu, bukan apa-apa.. karena biasanya masjid dan tempat sholat selalu dianak tirikan oleh mall-mall dan pusat keramaian dijakarta.. yaa kalo gak ditaruh di basement paling bawah ya lantai ujung paling atas lah…

Berangkat dari situ maka tanpa pikir panjang dan usaha berlebih, aku langsung saja bertanya kebetulan di depan pintu keluar ada satpam jaga : “maaf pak, musholla dimana ya?”

“Itu..”: jawabnya sambil mengarahkan telunjuknya kearah samping.

“oh.. terima kasih pak”: jawabku sambil menahan malu apalagi setelah ku lihat bahwa tepat disamping kiri dari tempatku berdiri terdapat ruangan dengan papan bertuliskan “Praying Room”

Subhanallah..

Allah ‘Azza wa Jalla menciptakan segala sesuatu di dunia ini berpasang-pasangan. Ada malam ada siang, ada langit ada bumi, ada sakit ada sehat, ada laki ada perempuan dan lain sebagainya. Sehingga salah satu cara efektif untuk mempelajari dan memahami sesuatu adalah dengan melakukan atau mempelajari seluk-beluk pasangan dari sesuatu tersebut.

Sebagai contoh anda akan lebih paham akan hakikat malam bila mengetahui dan memahami siang, anda akan memahami arti sehat bila telah mengalami atau memahami sakit, anda akan tahu pentingnya pintar bila pernah mengalami dan memahami bodoh  dan anda akan lebih paham cara untuk berhasil bila anda sudah pernah dan memahami kegagalan dengan seluk-beluknya.

Jadi..

Marilah  kita mulai belajar membaca dengan menulis..  bila membaca adalah kunci ilmu maka tulisan adalah gudangnya ilmu.

Allahu a'lam.. 

ket: * maaf saya lupa apa istilah kantor imigrasi yang disebutkan nara sumber saat itu
gambar mbah gugel 



 


Dibaca : free counter

2 komentar: